Rabu, 17 Desember 2014

LAYU FUSARIUM




Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) – Penyakit layu fusairum disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum, merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti terutama oleh petani hortikultura karena berpotensi menimbulkan kerugian besar. Bahkan tidak jarang penyakit ini menjadi penyebab kegagalan budidaya. Pada tingkat serangan tinggi, penyakit layu fusarium bisa menghabisi seluruh tanaman, terutama terjadi pada musim hujan dan areal pertanaman mudah tergenang air.

Perkembangan Spora Cendawan Fusarium oxysporum
Cendawan ini mampu menghasilkan tiga tipe spora, yaitu mikrokonidia, makrokonidia, dan klamidospora. Mikrokondidia spora diproduksi oleh cendawan ini di dalam jaringan tanaman terserang. Sementara makrokonidia spora diproduksi dipermukaan tanaman yang mati setelah terserang atau terinfeksi. Sedangkan klamidospora merupakan spora yang terdapat pada tanah yang sudah terinfeksi. Klamidospora mampu bertahan selama 30 tahun di dalam tanah.

Baik mikrokonidia, makrokonidia, dan klamidospora dapat menyebar dengan bantuan air, peralatan pertanian, maupun kegiatan budidaya. Klamidospora merupakan jenis spora yang sangat aktif menginfeksi tanaman sehat melalui luka pada akar, maupun titik tumbuh akar lateral. Setelah masuk xilem, miselium bercabang dan menghasilkan mikrokondidia yang akan terus berkecambah di dalam jaringan tanaman. Pertumbuhan mikrokonidia spora ini mempengaruhi pasokan air, sehingga tanaman menjadi lemas dan akhirnya mati.

Tanaman Terserang Cendawan Fusarium oxysporum bersifat polifag, memiliki banyak tanaman inang, terutama tanaman sayuran. Beberapa jenis tanaman yang paling rentan terhadap serangan penyakit ini adalah cabai, pisang, terong, tomat, kubis, seledri, jeruk kopi, kapas, mentimun, melon, kedelai, labu, bawang merah, semangka, dan lain-lain. Tidak jarang penyakit layu fusarium menghabisi areal pertanaman cabai, terutama saat cabai memasuki fase pembuahan, yaitu antara umur 40-60 hari. Serangan berat juga kerap menyerang areal pertanaman melon, mentimun dan tomat yang menimbulkan kegagalan hingga 100%.
Gejala Serangan
Serangan cendawan Fusarium oxysporum ditandai dengan gejala menguningnya daun-daun tua yang kemudian menjalar ke atas. Tulang daun memucat dan berwarna keputihan. Tanaman terkulai karena penyerapan unsur hara maupun air tidak bisa dilakukan. Hal ini disebabkan berkas pembuluh pengangkut membusuk. Jika tanah di sekitar lubang tanam dibongkar, tampak akar tanaman membusuk dan berwarna kecokelatan. Jika pangkal batang dipotong secara melintang, terdapat lingkaran cokelat kehitaman berbentu cincin, yang menunjukkan bahwa berkas pembuluh pengangkut rusak. Jika menyerang pembibitan, tunas tiba-tiba layu dan tanaman mati.

Upaya Pengendalian
Pengendalian Teknis
Lakukan penggiliran tanaman dengan tanaman yang tidak rentan terhadap serangan Fusarium oxysporum. Pengolahan lahan dengan pencangkulan dan pembalikan tanah, agar bibit penyakit terkena sinar matahari. Pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pada pH mendekati normal, cendawan tidak begitu aktif menyerang. Jaga kelembaban di areal pertanaman, hindari adanya genangan air yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan spora.
Pengendalian Mekanis
Sanitasi kebun untuk menjaga kelembaban areal pertanaman. Penyiangan secara rutin terhadap gulma atau tanaman penggangu. Musnahkan tanaman terserang, usahakan agar tanah pada tanaman terserang tidak tercecer. Masukkan tanaman dalam wadah agar tanahnya tidak tercecer. Peri kapur pada bekas tanaman yang dicabut.
Pengendalian Organik
Sebagai pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 25 hst, 40 hst dan 70 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan. Dapat juga dilakukan pengocoran dengan air rebusan serai atau bawang putih setiap tujuh hari sekali.
Pengendalian Kimiawi
Meskipun cendawan ini tergolong resisten terhadap bahan aktif pestisida, tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba aplikasi fungisida sistemik berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Lakukan penyemprotan secara rutin minimal tujuh hari sekali.

BEAUVARIA BASSANIA

Beauveria bassiana adalah jamur yang menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit muscadine putih pada serangga. Ketika spora jamur ini bersentuhan dengan kutikula (kulit) serangga rentan, mereka berkecambah dan tumbuh secara langsung melalui kutikula ke tubuh batin tuan rumah mereka. Berikut jamur berproliferasi seluruh tubuh serangga, memproduksi racun dan menguras serangga nutrisi, akhirnya membunuh itu. Oleh karena itu, tidak seperti bakteri dan virus patogen serangga, Beauveria dan jamur patogen lainnya menginfeksi serangga dengan kontak dan tidak perlu dikonsumsi oleh tuan rumah mereka untuk menyebabkan infeksi. Setelah jamur telah membunuh inangnya, akan tumbuh kembali melalui bagian lembut kutikula, yang meliputi serangga dengan lapisan cetakan putih (maka nama putih penyakit muscadine). Cetakan berbulu halus ini menghasilkan jutaan spora infektif baru yang dilepaskan ke lingkungan.

Beauveria adalah jamur alami dalam tanah sepanjang timur laut (dan dunia!) Dan telah diteliti untuk mengontrol tanah serangga ditanggung (misalnya kumbang Mei di Eropa, kumbang batang Argentina di Selandia Baru). Banyak serangga tanah, bagaimanapun, mungkin memiliki toleransi alami untuk patogen ini, yang tidak dipamerkan di banyak hama daun. Oleh karena itu, pengembangan komersial jamur ini untuk kontrol biologis terutama yang telah ditargetkan terhadap makan hama daun ,.

NATURAL BVR



                                                           HARGA Rp.26.500,-

Natural BVR merupakan Produk Organik NASA yang berasal dari cendawan jenis Beauveria bassiana untuk pengendalian hayati hama terutama hama wereng dan walang sangit (Leptocorixa acuta). Bisa digunakan untuk  kutu-kutuan (Aphis sp.), ulat kubis (Plutelia sp.),  Penggerek buah coklat (Cacao Mot) . Mengandung 1010 spora/gram.
Natural BVR sangat efektif dan efisien terhadap hama sasaran, tidak mematikan musuh alami, selaras keseimbangan alam, mudah dan relatif murah, aman terhadap lingkungan, manusia, dan hewandan tentunya mendukung program pertanian berkelanjutan.
Hama Sasaran Natural BVR  antara lain :
Padi
Wereng (Nilaparvata sp. ; Nephotettix sp. ; Sogatella sp.), Penggerek batang Padi ( Thryporhiza sp. ; Chilo supressalis), Walang Sangit (Leptocorixa accuta) = Sasaran Utama
Cabai, Tomat, Buncis, Kacang Panjang
Thrips sp. ; Aphis sp. ; Tungau ; Myzus sp. (sasaran lainnya)
Semangka, Kentang, Bawang Merah & Daun
Kutu daun Thrips sp. ; Tungau (sasaran lainnya), Thrips sp. ; Myzus persicae (sasaran lainnya)
Kubis
Plutella xylostella (sasaran lainnya)
Cengkeh, Sawit, Karet, Anggrek
Aphis sp. ; Thrips sp. (sasaran lainnya)
Mangga, Apel, Anggur, Durian
Thrips sp. ; Myzus sp. ; Kutu dompolan (sasaran lainnya)
Kakao
Penggerek buah coklat (PBK)
Kapas, Kopi
Penggerek pucuk (Earias vittela), Aphis sp. , Thrips sp. ; Penggerek Buah (Helicoverpa armigera), Empoasca sp.
Tembakau
Penggerek pucuk (Helicoverpa armigera & H. assulta), Spodoptera litura, Myzus sp. , Thrips sp. , Bemesia tabaci.
Mekanisme Kerja Natural BVR
Natural BVR masuk melalui mulut serangga hama, kemudian tumbuh dan berkembang menghancurkan siste organ dari dalam. Natural BVR menempel pada kulit hama dan mengeluarkan enzim (Kitinase, Protease, Lipase) untuk menghancurkan kulit. Natural BVR mengeluarkan racun (Beauvericin, Beauveroilides, Asam Oksalat) untuk membunuh hama. Miselium tumbuh secara progresif dan muncul badan buah berwarna putih pada hama yang mati, jika hama terinfeksi tersinggung hama sehat, maka hama akan tertulari, penularan dapat melalui angin. Kematian hama berkisar + 4 - 8 hari setelah terinfeksi Natural BVR.
Petunjuk Penggunaan Natural BVR :
1. Dosis 1 - 2 gram/liter atau + 100 gram per 1000 m2
2. Semprotkan ke tanaman pada sore hari.
3. Bisa dicampurkan dengan POC NASA atau HORMONIK

FUNGISIDA ALAMI

Fungisida Alami:

Jamur Antagonis Gliocladium sp. dan T. harsianum Pengendali Patogen Tular Tanah Parasit Tanaman
Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi pertanian. Untuk pengendalian OPT, jalan pintas yang sering dilakukan adalah menggunakan pestisida kimia. Padahal penggunaan pestisida yang tidak bijaksana banyak menimbulkan dampak negatif, antara lain terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan hidup. Memperhatikan pengaruh negatif pestisida tersebut, perlu dicari cara-cara pengendalian yang lebih aman dan akrab dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT), bahwa pengendalian OPT dilaksanakan dengan mempertahankan kelestarian lingkungan, aman bagi produsen dan konsumen serta menguntungkan bagi petani. Salah satu alternatif pengendalian adalah pemanfaatan jamur antagonis patogen tumbuhan, yaitu jamur Gliocladium sp. dan atau Trichoderma harsianum.
Laboratorium UPTD BPTP Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengembangkan dan memproduksi untuk masyarakat petani berupa jamur antagonis patogen tumbuhan Gliocladium sp. dan atau Trichoderma harsianum. Sebagai fungisida alami. Jamur antagonis Gliocladium sp. dan atau Trichoderma harsianum. Efektif dalam mengendalikan penyakit layu tanaman yang disebabkan oleh Fusarium sp. dan pathogen tular tanah lainnya.
PERANAN Gliocladium sp. dan atau Trichoderma harsianum.
Gliocladium sp. dan atau Trichoderma harsianum. Merupakan agens antagonis tumbuhan yang dapat berperan menekan populasi atau aktivitas patogen tumbuhan
Agens antagonis patogen tumbuhan adalah patogen yang dapat menimbulkan penyakit. Agens tersebut tidak dapat mengejar inang yang telah masuk ke dalam tanaman. Efektivitasnya dapat dilihat dengan tidak berkembangnya penyakit tersebut.
Peran antagonis Gliocladium sp. terhadap patogen tular tanah adalah dengan cara kerja berupa parasitisme, kompetisi, dan antibiosis. Dilaporkan Gliocladium sp. dapat memproduksi gliovirin dan viridian yang merupakan antibiotik yang bersifat fungisistik. Gliovirin merupakan senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen dan bakteri. Sedangkan Trichoderma harsianum. Dapat menghasilkan enzim kitinase dan B-1.3-glukanase, dengan proses antagonis parasitisme.
PENYAKIT SASARAN
Jamur antagonis Gliocladium sp. dan atau Trichoderma harsianum. Efektif mengendalikan penyakit layu pada tanaman yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp. dan patogen tanah lainnya.
KEUNGGULAN
Beberapa keunggulan jamur patogen antagonis Gliocladium sp. dan atau Trichoderma harsianum. Sebagai fungisida alami, yaitu:
Tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, dalam tanah maupun pada aliran air.
Aman bagi manusia dan hewan piaraan.
Tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman.
Sangat sesuai digunakan sebagai komponen pertanian organik sebagai pestisida yang dicampur dengan pupuk.
Mudah diproduksi dengan teknik sederhana.

by.Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Proteksi Tanaman Pertanian (UPTD BPTP) Dinas Pertanian  DIY..

NATURAL GLIO




                                                                   HARGA Rp.25.500.-

Natural GLIO (Gliocladium) adalah salah satu produk pestisida organik pengendali penyakit tanaman dari PT. Natural Nusantara. Natural GLIO dapat digunakan untuk menghancurkan inokulum atau sumber infeksi penyakit bagi tanaman serta mencegah penyebaran sumber infeksi penyakit dengan kolonisasi tanah. Pestisida organik dari Nasa ini juga mampu melindungi akar-akar tanaman dan perkecambahan biji dari sumber infeksi penyakit pada tanaman. Penggunaan Natural Glio ini aman bagi lingkungan, manusia serta hewan.
Manfaat Natural GLIO Nasa
Glio dapat menghancurkan inokulum sumber infeksi penyakit tanaman.
Glio akan mencegah tersebarnya sumber infeksi penyakit.
Glio mampu melindungi akar tanaman dan juga perkecambahan biji dari sumber infeksi penyakit tanaman.
Selaras dengan keseimbangan alam, aman terhadap lingkungan, manusia dan hewan.
Mekanisme Kerja Natural Glio

Natural GLIO Nasa memiliki sifat Hiperparasit terhadap penyakit tanaman (pathogen), sehingga dapat terjadi persaingan tempat hidup dan nutrisi dalam tanah. Natural GLIO akan mengeluarkan zat antibiotik berupa Gliovirin dan Viridin. Zat antibiotik ini akan mematikan pathogen penyebab penyakit pada tanaman. Natural GLIO ini akan berkembang terus-menerus mengkolonisasi sehingga dapat melindungi tanaman dari gangguan pathogen.

Tanaman Sasaran
Bawang merah, Bawang daun, Cabai, Tomat, Terong, Kubis, Semangka, Melon, dan lain-lain.
Penyakit Sasaran
1. Sasaran utama :
-Rebah semai (Phytium sp. Rizoctonia sp.)
-Penyakit Layu (Fusarium sp. Pseudomonas sp.)
2. Sasaran lainnya :
-Penyakit Antraknosa (Colletrotichum sp. Gloeosporium sp.)
-Akar Gada/Bengkak (Plasmodiphora sp.)
Catatan :
GLIO terutama bersifat prefentif (pencegahan)
GLIO terutama mengendalikan penyakit yang berada di tanah
PETUNJUK PENGGUNAAN NATURAL GLIO
Penggunaan langsung, pada tanaman holtikultura dan pangan diberi 1 – 2 gr tiap tanaman pada lubang yang akan ditanami.
Penggunaan bersama pupuk kandang (lebih dianjurkan), 1 bungkus GLIO dicampur pupuk kandang/kompos 25-50 kg , diamkan + 1 minggu dalam kondisi lembab, baru kemudian digunakan sebagai pupuk dasar.
Tanaman terinfeksi penyakit, jika terjadi gejala serangan pathogen, maka
1 bungkus GLIO dicampur pupuk kandang matang atau kompos 2-3 kg lalu diamkan + 1 minggu baru digunakan, dosis 2-3 sendok makan pada tanaman terserang.
Waktu terbaik pemberian Natural GLIO adalah sore hari
PERINGATAN PENGGUNAAN NATURAL GLIO
Jangan dicampur dengan pestisida lain.
Simpan ditempat yang sejuk ( suhu 250 – 300 C ) dan terlindung dari sinar matahari langsung

HAMA TANAMAN

Serangan hama seringkali membuat para petani atau pelaku usaha agrobisnis, khususnya tanaman cabai pusing. Hasil panen dari budidaya cabai bisa terancam habis akibat serangan hama yang seringkali datang tiba-tiba. Berikut ini disajikan beberapa cara efektif pengendalian hama tanaman cabe dan penjelasan mengenai karakter hama yang banyak menyerang tanaman cabai. 

GANGSIR
Gangsir tanaman cabai atau cabe adalah Brachytrypes Portentosus. Hama ini biasanya menyerang tanaman cabai muda yang baru saja dipindahtanamkan. Serangannya dilakukan pada malam hari, sedangkan di siang harinya bersembunyi di dalam tanah. Gangsir membuat liang dalam tanah sampai kedalaman 90 cm. Gangsir merusak tanaman cabai dengan cara memotong pangkal batang tapi tidak memakannya. Pengendalian. 1) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan pestisida alami Pestona yang disiramkan dalam lubang tanam. Aplikasi pengendalian sebaiknya dilakukan pada sore hari. 2) Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan/penyiraman insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram pada lubang tanam. Campurkan Aero 810 sebagai bahan pelarut untuk membantu bahan aktif pestisida tersebut lebih tahan lama berada di sekitar tanaman serta tidak mudah hilang tergerus air hujan. Aplikasi pengendalian sebaiknya dilakukan pada sore hari.


ULAT TANAH

Ulat tanah tanaman cabe adalah Agrotis Ipsilon. Hama jenis ini menyerang tanaman cabai di malam hari, sedangkan pada siang hari bersembunyi dalam tanah atau di balik penutup plastik mulsa. Ulat tanah menyerang batang tanaman cabe muda dengan cara memotong batangnya sehingga sering dinamakan ulat pemotong. Pengendalian. 1)  Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan pestisida alami Pestona yang disiramkan dalam lubang tanam. Aplikasi pengendalian sebaiknya dilakukan pada sore hari. 2) Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan/penyiraman insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram pada lubang tanam. Campurkan Aero 810 sebagai bahan pelarut untuk membantu bahan aktif pestisida tersebut lebih tahan lama berada di sekitar tanaman serta tidak mudah hilang tergerus air hujan. Aplikasi pengendalian sebaiknya dilakukan pada sore hari.


ULAT GRAYAK

Ulat grayak tanaman cabai adalah Spodoptera Litura. Hama ini menyerang bagian daun tanaman cabe dengan cara bergerombol. Daun menjadi berlubang dan meranggas. Ulat grayak disebut juga ulat tentara. Seperti halnya jenis ulat lain, ulat ini menyerang tanaman cabai malam hari, sedang pada siang hari bersembunyi di balik mulsa atau di dalam tanah. Ulat grayak ini bersifat polifag. Pengendalian. 1)  Aplikasikan sejak awal mulai pada saat pembibitan bio pestisida Vitura untuk melindungi tanaman. 2) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan Pentana dengan cara aplikasi disemprotkan pada tanaman. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna Pentana dalam mengatasi serangan ulat grayak. 3)  Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Tambahkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna pestisida kimia tersebut dalam mengatasi serangan ulat grayak.


ULAT BUAH

Ulat buah tanaman cabai adalah Helicoverpa sp. Hama ini menyerang buah muda dengan cara membuat lubang dan memakannya. Ulat buah bersifat polifag. Pengendalian. 1)  Aplikasikan sejak awal mulai pada saat pembibitan bio pestisida Vitura untuk melindungi tanaman. 2) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan Pentana dengan cara aplikasi disemprotkan pada tanaman. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna Pentana dalam mengatasi serangan ulat buah. 3)  Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan  insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Tambahkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna pestisida kimia tersebut dalam mengatasi serangan ulat buah.


THRIPS

Thrips tanaman cabai adalah Thrips Parvispinus. Serangannya ditandai adanya bercak-bercak keperakan pada daun tanaman cabe yang terserang. Hama ini lebih suka mengisap cairan daun muda sehingga menyebabkan daun tanaman yang terserang menjadi keriting, hingga akhirnya tanaman cabai tersebut menjadi kerdil. Pengendalian. 1) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan Pentana dengan cara aplikasi disemprotkan pada tanaman. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna Pentana dalam mengatasi serangan thrips penyebab keriting daun. 2)   Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan  insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna insektisida dalam mengatasi serangan thrips penyebab keriting daun.


KUTU DAUN

Kutu daun tanaman cabe adalah Myzus Persiceae. Kutu ini mengisap cairan tanaman cabai terutama pada daun muda, kotorannya manis sehingga menggundang semut. Serangan parah menyebabkan daun mengalami klorosis (kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman cabai menjadi kerdil. Pengendalian. 1) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan Pentana dengan cara aplikasi disemprotkan pada tanaman. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna Pentana dalam mengatasi serangan kutu daun. 2)   Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan  insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna pestisida kimia tersebut dalam mengatasi serangan kutu daun.

KUTU KEBUL

Kutu kebul tanaman cabai adalah Bemisia Tabaci. Hama berwarna putih, bersayap, tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel daun sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian. 1) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan Pentana dengan cara aplikasi disemprotkan pada tanaman. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna Pentana dalam mengatasi serangan kutu kebul. 2) Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan  insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna insektisida dalam mengatasi serangan kutu kebul tersebut.



TUNGGU
Tungau tanaman cabai adalah tungau kuning Pol Polphagotarsonemus lotus dan tungau merah Tetranychus cinnabarinus. Tungau bersembunyi di balik daun sambil menghisap cairan daun. Daun cabe yang terserang berwarna kecoklatan, terpelintir, serta pada permukaan bawah daun terdapat benang-benang halus berwarna merah atau kuning. Pengendalian. 1) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan Pentana dengan cara aplikasi disemprotkan pada tanaman. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna Pentana dalam mengatasi serangan tungau. 2) Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan  insektisida akarisida berbahan aktif propargit, dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau fenpropatrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna pestisida kimia tersebut dalam mengatasi serangan tungau.


LALAT BUAH

"perangkap-lalat-buah-metilat-plus-lem-natural-nusantara-nasa"Lalat buah tanaman cabai adalah Dacus Dorsalis. Lalat betina dewasa menyerang dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah, kemudian telur berubah menjadi larva. Larva-larva ini kemudian menggerogoti buah cabai sehingga buah menjadi busuk. Pengendalian. 1) gunakan perangkap lem lalat buah, yaitu Metilat Plus yang berbahan aktif metil eugenol yang sangat efektif untuk menarik perhatian lalat buah jantan. Semakin banyak perangkap lem Metilat di lahan tanaman cabe akan semakin efektif mengendalikan serangan lalat buah. Apabila lalat buah jantan sibuk tergoda dengan aroma Metilat Lem maka lalat buah betina tidak bisa dibuahi dan akhirnya juga mati. Pada perangkap lem Metilat tersebut juga bisa ditambahkan insektisida sehingga apabila lalat buah jantan terpancing pada perangkap tersebut akan langsung mati. 2) Selain itu juga dapat dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna pestisida kimia dalam mengatasi serangan lalat buah.


NEMATODA

Nematoda tanaman cabai adalah Meloidogyne Incognita. Serangan nematoda ditandai adanya bintil-bintil pada akar. Nematoda merupakan cacing tanah berukuran sangat kecil, hama ini merupakan cacing parasit penyerang bagian akar tanaman cabe. Bekas gigitan cacing inilah akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti layu bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar. Pengendalian. 1) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan GLIO yang dicampur pupuk kandang dan tebarkan di sekitar lubang tanam. Penggunaan GLIO ini sebaiknya dimulai sejak awal penanaman atau pembibitan. 2) Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram pada lubang tanam. Campurkan Aero 810 sebagai bahan pelarut untuk membantu bahan aktif pestisida tersebut lebih tahan lama berada di sekitar tanaman serta tidak mudah hilang tergerus air hujan. Aplikasi pengendalian sebaiknya dilakukan pada sore hari.


NATURAL PENTANA





                                                                   ISI 100 ML
                                                            HARGA Rp.35.500.-
Natural PENTANA merupakan salah satu alternatif pengendalian hama dari PT. Natural Nusantara (NASA) yang efektif, efisien dan ramah lingkungan. Dibuat dari saripati beberapa tumbuhan khusus yang mengandung minyak atsiri (eugenol) dengan proses alami.

KEUNGGULAN Natural PENTANA :
- Merupakan pengendali hama organik
- Mengendalikan hama sasaran secara cepat
- Mudah diaplikasikan di lapangan
- Tidak membunuh musuh alami
- Tidak mencemari lingkungan
- Mudah terurai (biodegradable)



CARA PAKAI :
Campurkan (15 - 45 cc PENTANA) + (5 -10 cc AERO-810) + sedikit air dalam wadah, aduk rata lalu tuangkan ke tangki semprot dan tambah air hingga penuh.

PETUNJUK KEAMANAN :  Simpan di tempat aman dan jauh dari jangkauan anak

HAMA SASARAN UTAMA :
Hama : Ulat, Thrips sp., Aphis sp.
Komoditi : Cabai, terong, kacang panjang, tanaman hias, jagung, tomat, jeruk, semangka, melon, tembakau, kapas,  dll.

HAMA SASARAN LAINNYA :
Hama : Kutu-kutuan (Kutu Kebul, Kutu putih, dll.)
Komoditi : Cabai, tomat, kacang-kacangan, melon, semangka, teh,  jeruk, mangga, tembakau, kapas,  dll.