Tampilkan postingan dengan label PENGENDALI HAMA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PENGENDALI HAMA. Tampilkan semua postingan

Jumat, 20 Februari 2015

Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)



Sistematika
Kingdom          : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Diptera
Family              : Tephritidae
Genus               : Dacus
Species            : Dacus cucurbitae Coq.
      (Anonim, 2009)

Morfologi
Telur lalat buah Dacus cucurbitae Coq. berbentuk ramping, berwarna putih dan ukuran 1/12 inci dari panjangnya. Telur dimasukkan ke dalam buah dalam tandan 1 sampai 37 dan akan menetas dalam 2 sampai 4 hari.
Larva lalat buah ini mengalami 3 tahap atau 3 instar. Larva atau belatung lalat buah ini memiliki bentuk yang khas yaitu berbentuk silinder, memanjang, menyempit dan agak melengkung ke bawah pada akhir dan mulut kait di kepala. Belatung ini mencapai sekitar 1/2 inci panjangnya pada saat jatuh tempo. Periode larva berlangsung 6-11 hari, dengan setiap tahap selama 2 hari atau lebih. Jangka waktu pembangunan larva sangat dipengaruhi oleh inangnya.
Hama ini membentuk kepompong atau pupa pada tanah di bawah tanaman inang. Ukuran pupanya adalah 1/5 atau 1/4 inci panjangnya, berbentuk elips dan kusam putih kekuningan warna cokelat. Selama cuaca hangat tahap pupa berlangsung 9 sampai 11 hari.
Lalat buah dewasa sedikit lebih besar dari lalat-lalat buah lainnya.  Ukuranya 1/3 sampai 1/2 inci panjang dengan lebar sayap 1/2 sampai 3/5 inci. Kepala dan mata berwarna coklat tua. Tubuh mereka yang coklat kekuningan dengan bercak kuning di atas dasar pasangan kaki pertama. Sebuah garis kuning, dengan garis melengkung di kedua sisinya, hadir di tengah-tengah punggung. Ujung terjauh tubuh dari kepala berwarna kuning. Sayap bermotif dengan band coklat tebal yang membentang sepanjang tepi terkemuka, berakhir di tempat coklat yang lebih besar di ujungnya. Band lain tipis memanjang dari pangkal sayap persis di trailing edge dari sayap masing-masing. Sebuah bercak coklat terjadi di dekat margin sayap. Perut yang berwarna kuning kemerahan dengan pita gelap pada segmen perut ketiga dan kedua. Kaki kekuningan. Mereka memiliki penampilan mirip dengan lalat buah oriental kecuali sayap bermotif.

Stadia Merusak
Dacus cucurbitae Coq. merusak tanaman stadia larva dengan memanfaatkan buah untuk makan dan tempat hidupnya dan imago merusaknya dengan membuat lubang pada buah untuk memasukkan telur.

Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh lalat melon hasil dari 1) oviposisi buah-buahan dan jaringan lunak bagian vegetatif host 2) makan oleh larva, dan 3) dekomposisi dari jaringan tanaman dengan menyerang mikroorganisme sekunder.
Larva makan kerusakan di buah-buahan adalah yang paling merusak. Tanaman buah-buahan menyerang mengembangkan penampilan direndam air. Buah muda menjadi menyimpang dan biasanya drop. Terowongan larva memberikan entry point bagi bakteri dan jamur yang menyebabkan buah membusuk. Belatung ini juga menyerang bibit muda, akar sukulen tekan semangka, dan batang dan kuncup tanaman inang seperti mentimun, labu dan lain-lain.

Pengendalian
Sanitasi
            Pengendalian lalat buah dapat dilakuakan dengan cara sanitasi lingkungan areal pertanaman, kebersihan harus tetap dijaga. Semua buah yang telah terserang dikumpulkan menjadi satu kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar.
Secara Mekanik
            Penggunakan perangkap lalat buah. Konstroksi perangkap dibuat sedemikian rupa sehingga waktu lalat masuk perangkap untuk memakan umpan, tetapi tidak dapat keluar lagi. Selain itu dasar perangkap diberi air sehingga lalat akan mati jika jatuh. Jika umpannya diberi isoeugenol atau metal augenal maka lalat jantan saja yanag akan masuk dalam perangkap, tetapi jika menggunakan protein hidrolisat, tidak hanya lalat jantan tetapi lalat betina pun akan tertarik untuk masuk ke perangkap. Penyebabnya adalah lalat buah ini membutuhkan protein selama masa bertelur.
Secara Kimia
            Penyemprotan dengan menggunakan insektisida yang hanya ditujukan untuk lalat imagonya saja. Sementara itu telur dan larvanya tidak dapat disemprot karena sudah ada di dalam buah atau di dalam tanah.
Secara Kultur Teknis
            Sebelum dilakuakan kegiatan budidaya sebaiknya dilakukan pengolahan tanah dengan cara membajak atau mencangkul tanah yang akan ditanami hingga kepompong yang ada di dalam tanah dapat mati karena terkena sinar matahari.

Ulat Grayak (Spodoptera litura)



Sistematika
Kingdom          : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Family              : Noctuidae
Genus               : Spodoptera
Species            : Spodoptera litura
            (Anonim, 2009)
Morfologi
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang-kadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan berkelompok (masing-masing berisi 25 - 500 butir) yang bentuknya bermacam-macam pada daun atau bagian tanaman lainnya. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina.
Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputih-putihan dengan bercak hitam. Malam hari ngengat dapat terbang sejauh 5 kilometer.
Larva mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit berwarna hitam pada segmen abdomen yang keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dorsal terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Beberapa hari kemudian tergantung ketersediaan makanan, larva menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya. Siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari. Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah perbedaan hanya pada tanda bulan sabit, berwarna hijau gelap dengan garis punggung warna gelap memanjang. Umur 2 minggu panjang ulat sekitar 5 cm (Pracaya, 2009).
Hama ini membentuk kepampong di dalam tanah, membentuk pupa  tanpa rumah pupa (kokon) berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30 - 60 hari (lama stadium telur 2 - 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 - 46 hari, pupa 8 - 11 hari). Seekor  ngengat betina dapat meletakkan 2000 - 3000 telur.

Stadia Merusak
Spodoptera litura  merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi ulat.

Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas/transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan kadang-kadang menyerang buah. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun menyerang secara serentak berkelompok, serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat. Serangan berat umumnya terjadi pada musim kemarau.

Pengendalian
Secara Mekanis
Caranya adalah telur yang ada diambil bersama dengan daun tempat menempelnya. Pengambilannya jangan sampai terlambat sebab ulat akan bersembunyi di dalam tanah jika telah besar.
Pembuatan perangkap ulat grayak juga dapat dilakuakan, caranya adalah dengan pembuatan parit sepanjang sisi kebun dengan lebar 60cm dan dalam 45cm. Ulat grayak yang masuk kedalam parit dimatikan denga menggulung kayu bulat yang digerakkan majumundur siatas ulat grayak. Cara lain adalah paritnya diisi dengan jerami atau bahan lainnya yang mudah terbakar, lalu dibakar hingga ulat grayaknya mati.
Secara Biologis
Caranya adalah hama disemprot Bacillus thuringiensis atau Borrelinavirus litura.
Secara Kimia
Caranya adalah hama disemprot insektisida seperti Azodrin sedini mungkin sebelum ulat pergi bersembunyi kedalam tanah.
Sanitasi
Pembersihan gulma agar tidak menjadi tempat berkembang biak dan bersembunyi ngengat dan ulat.

Ulat Krop/Jantung Kubis (Crocidolomia binotalis Zell.)


Sistematika
Kingdom          : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Family              : Pyralidae
Genus               : Crocidolomia
Species            : Crocidolomia binotalis Zell
(Anonim, 2009)

Morfologi
Telurnya diletakkan di balik daun secara berkelompok, jumlah tiap kelompok sekitar 11 - 18, dan setiap kelompok berisi sekitar 30 - 80 butir telur. Telur berbentuk pipih dan menyerupai genteng rumah, berwarna jernih. Diameter telur berkisar antara 1-2 mm. Stadium telur berlangsung selama 3 hari (Pracaya, 2009).
Larva yang baru menetas hidup berkelompok di balik daun. Sesudah 4 - 5 hari, mereka bergerak ke titik tumbuh. Ulat yang baru menetas berwarna kelabu, kemudian berubah menjadi hijau muda. Pada punggungnya ada 3 baris putih kekuning-kuningan dan dua garis di samping, kepalanya berwarna hitam. Panjang ulat sekitar 18 mm. Punggungnya ada garis berwarna hijau muda. Sisi kiri dan kanan punggung warnanya lebih tua dan ada rambut dari kitin yang warnanya hitam. Bagian sisi perut berwarna kuning. Ada juga yang warnanya kuning disertai rambut hijau (Pracaya, 2009).
Pupa terletak dalam tanah di dekat pangkal batang inang. Panjang pupa sekitar 8,5 - 10,5 mm, berwarna hijau pudar dan coklat muda, kemudian berubah menjadi coklat tua seperti tembaga.
Imago jantan lebih besar dan lebih lebih panjang sedikitdaripada yang betina. Warna sayap muka krem dengan bercak abu-abu coklat. Ngengat jantan berambut hitam berumbia-rumbia di tepi masing-masing sayap muka di samping kepala, yang betina kurang rimbun. Lama hidup untuk ngengat betina sekitar 16 - 24 hari. Daur hidupnya sekitar 22 - 30 hari. Panjang larva dapat mencapai 18 - 25 mm.

Stadia Merusak
Crocidolomia binotalis Zell merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi ulat (Pracaya, 2009).

Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Larva kecil memakan bagian bawah daun dengan meninggalkan bekas berupa bercak putih. Lapisan epidermis permukaan atas daun biasanya tidak ikut dimakan dan akan berlubang setelah lapisan tersebut kering serta hanya tinggal tulang-tulang daunnya. Bila bagian pucuk yang terserang maka tanaman tidak dapat membentuk krop sama sekali.
Larva instar II mulai memencar dan menyerang daun bagian lebih dalam dan sering kali masuk ke dalam pucuk tanaman serta menghancurkan titik tumbuh. Apabila serangan terjadi pada tanaman kubis yang telah membentik krop, larva yang telah mencapai instar III akan menggerek ke dalam krop dan merusak bagain tersebut, sehingga dapat menurunkan nilai ekonominya. Tidak jarang juga akan sering terjadi pembusukan krop karena serangan tersebut yang diikuti oleh serangan skunder yaitu oleh jamur. Ulat krop kubis lebih banyak ditemukan pda pertanaman yang telah membentuk krop, yaitu pada tanaman berumur 7- 11 minggu setelah tanam.
Tanaman kubis atau sawi yang diserang ulat ini selain rusak dan daunnya habis dimakan, tanaman juga menjadi rusak dengan adanya sisa-sisa kotoran bekas ulat makan. Bila telur dalam kelompok menetas, sekitar 300 ulat akan makan titik tumbuh sempurna. Ulat akan menyerang dengan cepat pada tanaman lainnya sehingga ulat ini merupakan hama yang berbahaya bagi tanaman sawi besar dan kol.

Pengendalian
Secara Biologi
Pengendalain secara biologi dapat menggunakan musih alami, musuh alami dari Crocidolomia binotalis Zell. antara lain adalah:

Secara Fisik
Kelompok telur dan larva yang baru saja menetas diambil dan dimusnahkan. Gerombolan ulat tersebut dapat diambil dengan lidi yang diruncingi dan mengambil telur beserta sedikit daun, kemudian dimasukkan dalam suatu wadah untuk diberikan pada ayam atau dimusnahkan dengan cara dibakar. Pengambilan telur dan kelompok ulat tersebut paling tidak dilakukan dua kali setiap minggunya.
Secara Kultur Teknis
Menanam pada waktu musim hujan karena populasi hama ini paling rendah (sedikit).Penyemprotan dengan ekstrak biji nimba dan tuba.
Secara Kimia
Pengendalian secara kimia dapat adalah tekhnik pengendalain akhir yang dilakuakn setelah pengendalain yang lain tidak dapat lagi mencegah adanya hama tersebut, dapat menggunakan insektida sistemik.

Ulat Tritip (Plutella xylostella)



Kingdom          : Animalia
Phylum             : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Family              : Plutellidae
Genus               : Plutella
Species            : Plutella xylostella
(Anonim, 2009)

Morfologi dan Daur hidup
 Telur Plutella xylostella  berbentuk  bulat  panjang, lebarnya sekitar 0,26 mm dengan  panjang 0,49 mm. Ngengat betina dapat bertelur 180-320 butir. Umumnya telur diletakkan dibalik daun satu per satu, kadang dua-dua, atau tiga-tiga. Telurnya mengelompok dalam 1 daun atau daun yang berlainan tanaman sehingga satu ngengat dapat bertelur pada banyak tanaman kubis (Pracaya, 2009).
Larva yang baru menetas warnanya hijau pucat, sedangkan ulat dewasa lebih tua warna kepalanya lebih pucat dengan bintik-bintik atau garis cokelat. Panjang larva sekitar 9 – 10 mm, relatif tidak berbulu dan mempunyai 5 pasang tungkai palsu. Larva sangt licin dan jika disentuh akan menjatuhkan diri seakan-akan mati. Lama stadium larva 13 hari pada suhu 16 – 25oC.
Setelah cukup umur, ulat mulai membuat kepompong dari bahan seperti benang sutra abu-abu putih dibalik permukaan daun untuk menghindari panasnya sinar matahari. Pembentukan kepompong mulai dari dasarnya, sisi kemudian tutupnya. Kepompong masih terbuka pada bagian ujung untuk keperluan pernapasan. Pembuatan kepompong ini diselesaikan dalam waktu 24 jam. Setelah selesai ulat berubah menjadi pupa. Kulit ulat biasanya diletakan didalam kepompong, tetapi kadang juga diletakkan diluar kepompong. Mula-mula pupa berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi hijau tua dan kemudian berubah menjadi imago (Pracaya, 2009).
Imago dari hama ini memiliki warna sayap yang abu-abu kecoklatan. Namun sayap betina berwarna lebih pucat. Saat istirahat, empat sayapnya menutupi tubuh dan seakan-akan terdapat gambar seperti jajaran genjang yang warnanya putih seperti berlian. Oleh karena itu, hama ini disebut ngengat punggung berlian.

Stadia Merusak
Plutella xylostella merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi ulat 

Gejala Serangan dan Bagian Tanaman yang Dirusak
Larva Plutella xylostella  memakan bagain  bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Gejala serangan hama ini yang terlihat pada daun sangat khas dan tergantung dari instar larva yang menyerang.  Larva instar I memakan daun kubis dengan jalan membuat lubang ke dalam permukaan bawah daun. Setelah itu larva membuat liang-liang korok ke dalam jaringan parenkim sambil memakan daun (Pracaya, 2009).
Larva instar II keluar dari liang-liang korok yang transparan dan memakan jaringan daun pada permuakaan bawah. Demikian juga dengan larva instar III dan IV memakan daun dalam jumlah yang lebih banyak sehingga meninggalkan cirri yang khas, yaitu lapisan epidermis tipis pada permukaan atas bekas gigitan ulat akan pecah dan menimbulkan lubang besar pada daun. Bila populasi tinggi, kerusakan berat pada daun sering terjadi, yaitu hamper seluruh daun dimakan larva dan hanya meninggalkan tulang-tulang daun. Biasanya hama ini menyerang tanaman yang masih muda, yaitu sebelum tanaman membentuk krop dan paling banyak muncul pada pertanaman berumur 2-6 minggu setelah tanam (Pracaya, 2009).

Pengendalian
Secara Mekanis
Pengendalian  yang paling baik adalah secara mekanis. Caranya sejak tanaman tumbuh selalu diamati dan ulat segera dipijit sampai mati jika ada yang terlihat. Pada waktu hati mulai gelap, buatlah obor dibeberapa penjuru kebun kubis, lalu dibawah obor diberi piring atau cawan yang berisi air. Karena ngengat termasuk binatang yang suka cahaya pada waktu malam hari, hama ini akan segera datang pada waktu melihat obor, dan jatuh ke dalam cawan yang berisi air, lalu mati (Pracaya, 2009).

Secara Biologis         
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan cara mengurangi populasi ngengat tritip mempergunakan makhluk hidup seperti burung gereja dan prenjak. Burung ini sering mencari pakan berupa ulat tritip. Oleh karena itu, burung-burung jangan dimatikan atau dikurangi jumlahnya. Capung dan sejenis tabuhan sering juga mengejar-ngejar ngengat. Selain itu ada 2 jenis serangga yang asalnya dari selandia baru, yaitu Angitia cerophaga Grav. Serangga ini bertelur pada tubuh ulat atau pupa tritip. Setelah menetas, ulatnya keluar dan memakan tubuh ulat tritip atau pupa yang ditempati (endoparasit). Perkembangan Angitia lebih cepat dari ulat tritip, dari telur sampai menjadi kepompong sekitar 10 hari.
Sekarang sudah ada jenis bakteri yang dipergunakan untuk memberantas tritip, yaitu Bacillus thuringiensis Berliner. Ulat yang terkena semprotan berisi bakteri ini dalam waktu berapa hari akan mati dan menjadi keras, demikian juga kepompongnya. Jika telah diberantas secara biologis, hama ini jangan diberantas dengan bahan kimia karena predator atau bakteri akan mati.

Secara Kimia
Jika jumlahnya sangat banyak sehingga sudah melampai ambang ekonomi, segera semprot ulat danan gengat dengan insectisida. Sebaiknya, pemakaian insectisida ini selalu bergantian jenisnya supaya tidak menimbulak kekebalan pada hama. Pakailah dosis yang mematikan sesuai petunjuk.

Sanitasi
Di sekitar kebun kubis diusahakan tidak ada tanaman yang akan menjadi tempat persembunyian ngengat punggung berlian, misalnya tanaman keluarga Cruciferae (sawi liar dan lobak).

Bahan dari Tanaman
Tomat (Lycopersicum esculentum) dari famili solanaceae dapat digunakan untuk pemberantasan ulat tritip. Caranya adalah 
1 kg daun tomat dan batang ditumbuh, lalu dicampur dengan 17 liter air yang didiamkan beberapa jam sesudah itu, campuran disaring dan ditambahkan sedikit sabun sebagai perata atau perekat. Sekitar 17 liter bahan dapat dipakai untuk menyemprot sekitar 1000 tanaman kol yang diserang ulat tritip (ngengat punggung berlian).

Tanaman  alami lainnya yang bisa berfungsi sebagai pembasmi ulat tritip, yaitu 
5 buah cabai rawit (Capsicum frutescens), 
3 umbi bawang putih (Allium sativum), 
1 genggam beras daun gamal (Gliricidia sepium), dan 
1 umbi bawang merah (Allium cepa Var. Ascalonicum). 
Bahan ditumbuk sampai halus, lalu dicampur diberi air panas dan dibiarkan semalam. Kemudian campuran bahan tersebut disaring dan diberi sabun sedikit. Setelah itu, larutan tersebutditambah air sampai menjadi 20 liter. Ramuan tersebut dapat menyemprot kol dipersemaian dan di lapangan yang diserang ulat tritip (Plutella maculipennis) (Pracaya, 2009).

Rotasi Tanaman
Rotasi tanaman dilakaukan untuk memutus daur hidup ngengat tritip, jangan menanam tanaman kubis dan tanaman lain yang sekeluarga seperti sawi, lobak, radis, dan mustard dalam 1 tahun terus-menerus. Penanaman tanaman tersebut dapat dilakuakan 3-4 bula. Sebaiknya, penanaman tanaman dari keluarga tanaman ini seperti tomat, kedelai, selada, dan ubi jalar juga dilakukan (Pracaya, 2009).

Selasa, 30 Desember 2014

BENTUK-BENTUK PENGENDALIAN HAMA TANAMAN


Beberapa bentuk pengendalian hama tanaman yaitu :
1. Pengendalian secara Bercocok Tanam
2. Pengendalian dengan Varietas Tahan
3. Pengendalian secara Fisik dan Mekanik
4. Pengendalian secara Biologi (Hayati)
5. Pengendalian secara Kimiawi
6. Pengelolaan Hama Terpadu
1. Pengendalian Secara Bercocok  Tanam
Prinsip pengendalian hama secara bercocok tanam adalah menciptakan kondisi agro ekosistem tidak sesuai untuk kehidupan dan perkembangbiakan hama tanaman. Sehingga dapat nengurangi laju peningkatan populasi hama. Selain itu juga menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangan musuh alami. Pengendalian hama secara bercocok tanam merupakan tindakan preventif atau pencegahan sehingga harus dilakukan jauh-jauh sebelum ada serangan hama.

Kelebihan & Kekurangan Pengendalian Hama Secara Bercocok Tanam
(+) Merupakan teknik budidaya untuk meningkatkan produktivitas  hasil-hasil pertanian.
(+) Tidak memerlukan pengeluaran biaya tambahan.
(+) Tidak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan pada lingkungan.
(+) Dapat dengan mudah dilakukan dengan oleh petani.
(-)  Hasilnya tidak dapat diperhitungkan secara pasti
(-)  Kurang efektif, sehingga teknik ini harus dipadukan dengan cara-cara pengendalian lain

Beberapa Teknik Pengendalian Hama Secara Bercocok Tanam
a. Sanitasi
Artinya membersihkan sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman setelah panen. Sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman tersebut seringkali dijadikan sebagai :
- Tempat berlindung
- Tempat berdiapause
- Tempat tinggal sementara sebelum tanaman utama ditanam kembali                            
Dengan melakukan sanitasi berarti kita telah mengurangi populasi awal dari hama tersebut sehingga kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman berikutnya menjadi berkurang.
Jadi sanitasi dapat dilakukan terhadap :
- Sisa-sisa tanaman yang masih hidup
- Bagian-bagian tanaan yang terserang hama
- Sisa-sisa tanaman yang telah mati
- Bagian tanaman yang jatuh atau tertinggal pada permukaan tanah

b. Pengolahan Tanah
Ada spesies serangga tertentu yang sebagian siklus hidupnya dalam tanah. Contoh: Agrotis iphsilon. Jika tanah diolah serangga tersebut akan terangkat ke atas, mati karena sengatan sinar matahari ataupun ditemukan oleh musuh-musuh alaminya seperti Heliothis sp.

c. Pengairan

Selasa, 23 Desember 2014

PESTONA


                                                         PESTONA 500 cc Rp. 35.500


PESTONA merupakan formula pengendali organik bagi beberapa hama penting pada tanaman pangan, hortikultura dan tahunan, hasil ekstraksi dari berbagai bahan alami yang mengandung bahan aktif : Azadirachtin, Alkaloid, Ricin (asam ricin), Polifenol, Eugenol, Sitral, Nikotin, Annonain dll. Kandungan lain : Atsiri Oil, Eucalyptus Oil, Solvent Extraction.
PESTONA dibuat dari bahan alami, maka PESTONA bersifat : mudah terurai dialam sehingga tidak mencemari lingkungan, relatif aman bagi manusia, hewan piaraan, serta musuh alami hama tanaman, tanaman/buah bebas residu kimia dan aman dikonsumsi.
PESTONA tidak membunuh hama secara cepat, tetapi berpengaruh pada daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, hambatan pembentukan serangga dewasa, menghambat komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu berperan sebagai zat pemandul, mengganggu proses perkawinan serangga hama, menghambat peletakkan telur dan dapat bekerja secara kontak dan sistemik.
PESTONA memiliki daya kerja dalam mengurangi nafsu makan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) atau mencegah OPT merusak tanaman lebih banyak, walaupun jarang menyebabkan kematian segera pada serangga/hama
PESTONA merupakan formula pengendali organik bagi beberapa hama penting pada tanaman pangan, hortikultura dan tahunan, hasil ekstraksi dari berbagai bahan alami yang mengandung bahan aktif :
Azadirachtin, Alkaloid, Ricin (asam ricin), Polifenol, Eugenol, Sitral, Nikotin, Annonain dll.
Kandungan lain : Atsiri Oil, Eucalyptus Oil, Solvent Extraction
PESTONA dibuat dari bahan alami, maka PESTONA bersifat :

Mudah terurai dialam sehingga tidak mencemari lingkungan
Relatif aman bagi manusia, hewan piaraan, serta musuh alami hama tanaman.
Tanaman/buah bebas residu kimia dan aman dikonsumsi.
MEKANISME KERJA :
PESTONA tidak membunuh hama secara cepat, tetapi berpengaruh pada daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, hambatan pembentukan serangga dewasa, menghambat komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu berperan sebagai zat pemandul, mengganggu proses perkawinan serangga hama, menghambat peletakkan telur dan dapat bekerja secara kontak dan sistemik. PESTONA memiliki daya kerja dalam mengurangi nafsu makan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) atau mencegah OPT merusak tanaman lebih banyak, walaupun jarang menyebabkan kematian segera pada serangga/hama.
SASARAN :
wereng, walang sangit, penggerek batang, belalang, kepik, thrips, tungau, ulat, Uret dll.
ATURAN PAKAI :
Larutkan 5 cc – 10 cc / 1 liter air (7-10 tutup/tangki). Aduk sampai merata. Semprotkan/gemborkan pada tanaman yang terkena serangan hama secara merata. Untuk hasil yang maksimal sebaiknya tanaman disemprot/digembor sesering mungkin, minimal 3 (tiga) kali penyemprotan/penggemborkan per musim. Sebaiknya waktu penyemprotan/penggemborkan pada sore hari.


CORRIN


                                                                  ISI CAIR 500 CC
                                                               SERBUK 100 GRAM
                                                                  HARGA Rp.40.000.-

CORRIN adalah Pestisida Biologi atau Agens Hayati dari PT Natural Nusantara (NASA) berbasis bakteri Antagonis (Corynebacterium) yang sangat efektif untuk mengendalikan penyakit-penyakit utama pada tanaman padi dan sayuran.Corrin Obat Pengendali Hama Kresek Blast dan Jamur

Fungsi Utama Agens Hayati CORRIN
Mengendalikan penyakit Hawar Daun (HDB) atau penyakit Kresek pada padi yang disebabkan bakteri patogen Xamthomonas oryzae
Mengendalikan penyakit Hawar Daun Jingga yang disebabkan oleh Bacterial Red Stripe (BRS)
Mengendalikan penyakit Blast (Pyricularia Oryzae)
Mengendalikan penyakit Bercak Daun (Cercospora)
CORRIN dapat juga digunakan untuk mengendalikan penyakit-penyakit layu pada sayuran (Fusarium), Akar Gada pada kobis (Plasmodiophora brassicae) dan Layu pada pisang (Fusarium).

Cara Penggunaan CORRIN Pestisida Biologi
Jenis                   Dosis Serbuk     Dosis Cair                Cara                Waktu
Benih                   2-4 gr/lt             5 cc/lt                  Rendam       Sebelum semai
Padi                     2-4 gr/lt             5 cc/lt                  Semprot       14, 28 & 42 HST
Sayura n              3-5 gr/lt             5-10 cc/lt             Semprot       10-20 hari sekali
Keterangan:

Perendaman benih selama + 15 menit
Penyemprotan paling baik dilakukan sore hari
Dilarang untuk mencampur CORRIN dengan pestisida kimia
Sprayer dibersihkan dari sisa-sisa pestisida kimia sebelum digunakan
Agens Hayati / Pestisida Biologi CORRIN tersedia dalam 2 kemasan, yaitu:

Kemasan Serbuk 100gram
Kemasan Cair 500cc

Rabu, 17 Desember 2014

LAYU FUSARIUM




Layu Fusarium (Fusarium oxysporum) – Penyakit layu fusairum disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum, merupakan salah satu penyakit yang paling ditakuti terutama oleh petani hortikultura karena berpotensi menimbulkan kerugian besar. Bahkan tidak jarang penyakit ini menjadi penyebab kegagalan budidaya. Pada tingkat serangan tinggi, penyakit layu fusarium bisa menghabisi seluruh tanaman, terutama terjadi pada musim hujan dan areal pertanaman mudah tergenang air.

Perkembangan Spora Cendawan Fusarium oxysporum
Cendawan ini mampu menghasilkan tiga tipe spora, yaitu mikrokonidia, makrokonidia, dan klamidospora. Mikrokondidia spora diproduksi oleh cendawan ini di dalam jaringan tanaman terserang. Sementara makrokonidia spora diproduksi dipermukaan tanaman yang mati setelah terserang atau terinfeksi. Sedangkan klamidospora merupakan spora yang terdapat pada tanah yang sudah terinfeksi. Klamidospora mampu bertahan selama 30 tahun di dalam tanah.

Baik mikrokonidia, makrokonidia, dan klamidospora dapat menyebar dengan bantuan air, peralatan pertanian, maupun kegiatan budidaya. Klamidospora merupakan jenis spora yang sangat aktif menginfeksi tanaman sehat melalui luka pada akar, maupun titik tumbuh akar lateral. Setelah masuk xilem, miselium bercabang dan menghasilkan mikrokondidia yang akan terus berkecambah di dalam jaringan tanaman. Pertumbuhan mikrokonidia spora ini mempengaruhi pasokan air, sehingga tanaman menjadi lemas dan akhirnya mati.

Tanaman Terserang Cendawan Fusarium oxysporum bersifat polifag, memiliki banyak tanaman inang, terutama tanaman sayuran. Beberapa jenis tanaman yang paling rentan terhadap serangan penyakit ini adalah cabai, pisang, terong, tomat, kubis, seledri, jeruk kopi, kapas, mentimun, melon, kedelai, labu, bawang merah, semangka, dan lain-lain. Tidak jarang penyakit layu fusarium menghabisi areal pertanaman cabai, terutama saat cabai memasuki fase pembuahan, yaitu antara umur 40-60 hari. Serangan berat juga kerap menyerang areal pertanaman melon, mentimun dan tomat yang menimbulkan kegagalan hingga 100%.
Gejala Serangan
Serangan cendawan Fusarium oxysporum ditandai dengan gejala menguningnya daun-daun tua yang kemudian menjalar ke atas. Tulang daun memucat dan berwarna keputihan. Tanaman terkulai karena penyerapan unsur hara maupun air tidak bisa dilakukan. Hal ini disebabkan berkas pembuluh pengangkut membusuk. Jika tanah di sekitar lubang tanam dibongkar, tampak akar tanaman membusuk dan berwarna kecokelatan. Jika pangkal batang dipotong secara melintang, terdapat lingkaran cokelat kehitaman berbentu cincin, yang menunjukkan bahwa berkas pembuluh pengangkut rusak. Jika menyerang pembibitan, tunas tiba-tiba layu dan tanaman mati.

Upaya Pengendalian
Pengendalian Teknis
Lakukan penggiliran tanaman dengan tanaman yang tidak rentan terhadap serangan Fusarium oxysporum. Pengolahan lahan dengan pencangkulan dan pembalikan tanah, agar bibit penyakit terkena sinar matahari. Pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pada pH mendekati normal, cendawan tidak begitu aktif menyerang. Jaga kelembaban di areal pertanaman, hindari adanya genangan air yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan spora.
Pengendalian Mekanis
Sanitasi kebun untuk menjaga kelembaban areal pertanaman. Penyiangan secara rutin terhadap gulma atau tanaman penggangu. Musnahkan tanaman terserang, usahakan agar tanah pada tanaman terserang tidak tercecer. Masukkan tanaman dalam wadah agar tanahnya tidak tercecer. Peri kapur pada bekas tanaman yang dicabut.
Pengendalian Organik
Sebagai pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 25 hst, 40 hst dan 70 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan. Dapat juga dilakukan pengocoran dengan air rebusan serai atau bawang putih setiap tujuh hari sekali.
Pengendalian Kimiawi
Meskipun cendawan ini tergolong resisten terhadap bahan aktif pestisida, tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba aplikasi fungisida sistemik berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Lakukan penyemprotan secara rutin minimal tujuh hari sekali.

BEAUVARIA BASSANIA

Beauveria bassiana adalah jamur yang menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit muscadine putih pada serangga. Ketika spora jamur ini bersentuhan dengan kutikula (kulit) serangga rentan, mereka berkecambah dan tumbuh secara langsung melalui kutikula ke tubuh batin tuan rumah mereka. Berikut jamur berproliferasi seluruh tubuh serangga, memproduksi racun dan menguras serangga nutrisi, akhirnya membunuh itu. Oleh karena itu, tidak seperti bakteri dan virus patogen serangga, Beauveria dan jamur patogen lainnya menginfeksi serangga dengan kontak dan tidak perlu dikonsumsi oleh tuan rumah mereka untuk menyebabkan infeksi. Setelah jamur telah membunuh inangnya, akan tumbuh kembali melalui bagian lembut kutikula, yang meliputi serangga dengan lapisan cetakan putih (maka nama putih penyakit muscadine). Cetakan berbulu halus ini menghasilkan jutaan spora infektif baru yang dilepaskan ke lingkungan.

Beauveria adalah jamur alami dalam tanah sepanjang timur laut (dan dunia!) Dan telah diteliti untuk mengontrol tanah serangga ditanggung (misalnya kumbang Mei di Eropa, kumbang batang Argentina di Selandia Baru). Banyak serangga tanah, bagaimanapun, mungkin memiliki toleransi alami untuk patogen ini, yang tidak dipamerkan di banyak hama daun. Oleh karena itu, pengembangan komersial jamur ini untuk kontrol biologis terutama yang telah ditargetkan terhadap makan hama daun ,.

FUNGISIDA ALAMI

Fungisida Alami:

Jamur Antagonis Gliocladium sp. dan T. harsianum Pengendali Patogen Tular Tanah Parasit Tanaman
Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi pertanian. Untuk pengendalian OPT, jalan pintas yang sering dilakukan adalah menggunakan pestisida kimia. Padahal penggunaan pestisida yang tidak bijaksana banyak menimbulkan dampak negatif, antara lain terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan hidup. Memperhatikan pengaruh negatif pestisida tersebut, perlu dicari cara-cara pengendalian yang lebih aman dan akrab dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT), bahwa pengendalian OPT dilaksanakan dengan mempertahankan kelestarian lingkungan, aman bagi produsen dan konsumen serta menguntungkan bagi petani. Salah satu alternatif pengendalian adalah pemanfaatan jamur antagonis patogen tumbuhan, yaitu jamur Gliocladium sp. dan atau Trichoderma harsianum.
Laboratorium UPTD BPTP Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengembangkan dan memproduksi untuk masyarakat petani berupa jamur antagonis patogen tumbuhan Gliocladium sp. dan atau Trichoderma harsianum. Sebagai fungisida alami. Jamur antagonis Gliocladium sp. dan atau Trichoderma harsianum. Efektif dalam mengendalikan penyakit layu tanaman yang disebabkan oleh Fusarium sp. dan pathogen tular tanah lainnya.
PERANAN Gliocladium sp. dan atau Trichoderma harsianum.
Gliocladium sp. dan atau Trichoderma harsianum. Merupakan agens antagonis tumbuhan yang dapat berperan menekan populasi atau aktivitas patogen tumbuhan
Agens antagonis patogen tumbuhan adalah patogen yang dapat menimbulkan penyakit. Agens tersebut tidak dapat mengejar inang yang telah masuk ke dalam tanaman. Efektivitasnya dapat dilihat dengan tidak berkembangnya penyakit tersebut.
Peran antagonis Gliocladium sp. terhadap patogen tular tanah adalah dengan cara kerja berupa parasitisme, kompetisi, dan antibiosis. Dilaporkan Gliocladium sp. dapat memproduksi gliovirin dan viridian yang merupakan antibiotik yang bersifat fungisistik. Gliovirin merupakan senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen dan bakteri. Sedangkan Trichoderma harsianum. Dapat menghasilkan enzim kitinase dan B-1.3-glukanase, dengan proses antagonis parasitisme.
PENYAKIT SASARAN
Jamur antagonis Gliocladium sp. dan atau Trichoderma harsianum. Efektif mengendalikan penyakit layu pada tanaman yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp. dan patogen tanah lainnya.
KEUNGGULAN
Beberapa keunggulan jamur patogen antagonis Gliocladium sp. dan atau Trichoderma harsianum. Sebagai fungisida alami, yaitu:
Tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, dalam tanah maupun pada aliran air.
Aman bagi manusia dan hewan piaraan.
Tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman.
Sangat sesuai digunakan sebagai komponen pertanian organik sebagai pestisida yang dicampur dengan pupuk.
Mudah diproduksi dengan teknik sederhana.

by.Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Proteksi Tanaman Pertanian (UPTD BPTP) Dinas Pertanian  DIY..

NATURAL GLIO




                                                                   HARGA Rp.25.500.-

Natural GLIO (Gliocladium) adalah salah satu produk pestisida organik pengendali penyakit tanaman dari PT. Natural Nusantara. Natural GLIO dapat digunakan untuk menghancurkan inokulum atau sumber infeksi penyakit bagi tanaman serta mencegah penyebaran sumber infeksi penyakit dengan kolonisasi tanah. Pestisida organik dari Nasa ini juga mampu melindungi akar-akar tanaman dan perkecambahan biji dari sumber infeksi penyakit pada tanaman. Penggunaan Natural Glio ini aman bagi lingkungan, manusia serta hewan.
Manfaat Natural GLIO Nasa
Glio dapat menghancurkan inokulum sumber infeksi penyakit tanaman.
Glio akan mencegah tersebarnya sumber infeksi penyakit.
Glio mampu melindungi akar tanaman dan juga perkecambahan biji dari sumber infeksi penyakit tanaman.
Selaras dengan keseimbangan alam, aman terhadap lingkungan, manusia dan hewan.
Mekanisme Kerja Natural Glio

Natural GLIO Nasa memiliki sifat Hiperparasit terhadap penyakit tanaman (pathogen), sehingga dapat terjadi persaingan tempat hidup dan nutrisi dalam tanah. Natural GLIO akan mengeluarkan zat antibiotik berupa Gliovirin dan Viridin. Zat antibiotik ini akan mematikan pathogen penyebab penyakit pada tanaman. Natural GLIO ini akan berkembang terus-menerus mengkolonisasi sehingga dapat melindungi tanaman dari gangguan pathogen.

Tanaman Sasaran
Bawang merah, Bawang daun, Cabai, Tomat, Terong, Kubis, Semangka, Melon, dan lain-lain.
Penyakit Sasaran
1. Sasaran utama :
-Rebah semai (Phytium sp. Rizoctonia sp.)
-Penyakit Layu (Fusarium sp. Pseudomonas sp.)
2. Sasaran lainnya :
-Penyakit Antraknosa (Colletrotichum sp. Gloeosporium sp.)
-Akar Gada/Bengkak (Plasmodiphora sp.)
Catatan :
GLIO terutama bersifat prefentif (pencegahan)
GLIO terutama mengendalikan penyakit yang berada di tanah
PETUNJUK PENGGUNAAN NATURAL GLIO
Penggunaan langsung, pada tanaman holtikultura dan pangan diberi 1 – 2 gr tiap tanaman pada lubang yang akan ditanami.
Penggunaan bersama pupuk kandang (lebih dianjurkan), 1 bungkus GLIO dicampur pupuk kandang/kompos 25-50 kg , diamkan + 1 minggu dalam kondisi lembab, baru kemudian digunakan sebagai pupuk dasar.
Tanaman terinfeksi penyakit, jika terjadi gejala serangan pathogen, maka
1 bungkus GLIO dicampur pupuk kandang matang atau kompos 2-3 kg lalu diamkan + 1 minggu baru digunakan, dosis 2-3 sendok makan pada tanaman terserang.
Waktu terbaik pemberian Natural GLIO adalah sore hari
PERINGATAN PENGGUNAAN NATURAL GLIO
Jangan dicampur dengan pestisida lain.
Simpan ditempat yang sejuk ( suhu 250 – 300 C ) dan terlindung dari sinar matahari langsung

HAMA TANAMAN

Serangan hama seringkali membuat para petani atau pelaku usaha agrobisnis, khususnya tanaman cabai pusing. Hasil panen dari budidaya cabai bisa terancam habis akibat serangan hama yang seringkali datang tiba-tiba. Berikut ini disajikan beberapa cara efektif pengendalian hama tanaman cabe dan penjelasan mengenai karakter hama yang banyak menyerang tanaman cabai. 

GANGSIR
Gangsir tanaman cabai atau cabe adalah Brachytrypes Portentosus. Hama ini biasanya menyerang tanaman cabai muda yang baru saja dipindahtanamkan. Serangannya dilakukan pada malam hari, sedangkan di siang harinya bersembunyi di dalam tanah. Gangsir membuat liang dalam tanah sampai kedalaman 90 cm. Gangsir merusak tanaman cabai dengan cara memotong pangkal batang tapi tidak memakannya. Pengendalian. 1) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan pestisida alami Pestona yang disiramkan dalam lubang tanam. Aplikasi pengendalian sebaiknya dilakukan pada sore hari. 2) Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan/penyiraman insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram pada lubang tanam. Campurkan Aero 810 sebagai bahan pelarut untuk membantu bahan aktif pestisida tersebut lebih tahan lama berada di sekitar tanaman serta tidak mudah hilang tergerus air hujan. Aplikasi pengendalian sebaiknya dilakukan pada sore hari.


ULAT TANAH

Ulat tanah tanaman cabe adalah Agrotis Ipsilon. Hama jenis ini menyerang tanaman cabai di malam hari, sedangkan pada siang hari bersembunyi dalam tanah atau di balik penutup plastik mulsa. Ulat tanah menyerang batang tanaman cabe muda dengan cara memotong batangnya sehingga sering dinamakan ulat pemotong. Pengendalian. 1)  Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan pestisida alami Pestona yang disiramkan dalam lubang tanam. Aplikasi pengendalian sebaiknya dilakukan pada sore hari. 2) Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan/penyiraman insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram pada lubang tanam. Campurkan Aero 810 sebagai bahan pelarut untuk membantu bahan aktif pestisida tersebut lebih tahan lama berada di sekitar tanaman serta tidak mudah hilang tergerus air hujan. Aplikasi pengendalian sebaiknya dilakukan pada sore hari.


ULAT GRAYAK

Ulat grayak tanaman cabai adalah Spodoptera Litura. Hama ini menyerang bagian daun tanaman cabe dengan cara bergerombol. Daun menjadi berlubang dan meranggas. Ulat grayak disebut juga ulat tentara. Seperti halnya jenis ulat lain, ulat ini menyerang tanaman cabai malam hari, sedang pada siang hari bersembunyi di balik mulsa atau di dalam tanah. Ulat grayak ini bersifat polifag. Pengendalian. 1)  Aplikasikan sejak awal mulai pada saat pembibitan bio pestisida Vitura untuk melindungi tanaman. 2) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan Pentana dengan cara aplikasi disemprotkan pada tanaman. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna Pentana dalam mengatasi serangan ulat grayak. 3)  Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Tambahkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna pestisida kimia tersebut dalam mengatasi serangan ulat grayak.


ULAT BUAH

Ulat buah tanaman cabai adalah Helicoverpa sp. Hama ini menyerang buah muda dengan cara membuat lubang dan memakannya. Ulat buah bersifat polifag. Pengendalian. 1)  Aplikasikan sejak awal mulai pada saat pembibitan bio pestisida Vitura untuk melindungi tanaman. 2) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan Pentana dengan cara aplikasi disemprotkan pada tanaman. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna Pentana dalam mengatasi serangan ulat buah. 3)  Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan  insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Tambahkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna pestisida kimia tersebut dalam mengatasi serangan ulat buah.


THRIPS

Thrips tanaman cabai adalah Thrips Parvispinus. Serangannya ditandai adanya bercak-bercak keperakan pada daun tanaman cabe yang terserang. Hama ini lebih suka mengisap cairan daun muda sehingga menyebabkan daun tanaman yang terserang menjadi keriting, hingga akhirnya tanaman cabai tersebut menjadi kerdil. Pengendalian. 1) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan Pentana dengan cara aplikasi disemprotkan pada tanaman. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna Pentana dalam mengatasi serangan thrips penyebab keriting daun. 2)   Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan  insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna insektisida dalam mengatasi serangan thrips penyebab keriting daun.


KUTU DAUN

Kutu daun tanaman cabe adalah Myzus Persiceae. Kutu ini mengisap cairan tanaman cabai terutama pada daun muda, kotorannya manis sehingga menggundang semut. Serangan parah menyebabkan daun mengalami klorosis (kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman cabai menjadi kerdil. Pengendalian. 1) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan Pentana dengan cara aplikasi disemprotkan pada tanaman. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna Pentana dalam mengatasi serangan kutu daun. 2)   Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan  insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna pestisida kimia tersebut dalam mengatasi serangan kutu daun.

KUTU KEBUL

Kutu kebul tanaman cabai adalah Bemisia Tabaci. Hama berwarna putih, bersayap, tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel daun sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian. 1) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan Pentana dengan cara aplikasi disemprotkan pada tanaman. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna Pentana dalam mengatasi serangan kutu kebul. 2) Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan  insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna insektisida dalam mengatasi serangan kutu kebul tersebut.



TUNGGU
Tungau tanaman cabai adalah tungau kuning Pol Polphagotarsonemus lotus dan tungau merah Tetranychus cinnabarinus. Tungau bersembunyi di balik daun sambil menghisap cairan daun. Daun cabe yang terserang berwarna kecoklatan, terpelintir, serta pada permukaan bawah daun terdapat benang-benang halus berwarna merah atau kuning. Pengendalian. 1) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan Pentana dengan cara aplikasi disemprotkan pada tanaman. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna Pentana dalam mengatasi serangan tungau. 2) Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan  insektisida akarisida berbahan aktif propargit, dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau fenpropatrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna pestisida kimia tersebut dalam mengatasi serangan tungau.


LALAT BUAH

"perangkap-lalat-buah-metilat-plus-lem-natural-nusantara-nasa"Lalat buah tanaman cabai adalah Dacus Dorsalis. Lalat betina dewasa menyerang dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah, kemudian telur berubah menjadi larva. Larva-larva ini kemudian menggerogoti buah cabai sehingga buah menjadi busuk. Pengendalian. 1) gunakan perangkap lem lalat buah, yaitu Metilat Plus yang berbahan aktif metil eugenol yang sangat efektif untuk menarik perhatian lalat buah jantan. Semakin banyak perangkap lem Metilat di lahan tanaman cabe akan semakin efektif mengendalikan serangan lalat buah. Apabila lalat buah jantan sibuk tergoda dengan aroma Metilat Lem maka lalat buah betina tidak bisa dibuahi dan akhirnya juga mati. Pada perangkap lem Metilat tersebut juga bisa ditambahkan insektisida sehingga apabila lalat buah jantan terpancing pada perangkap tersebut akan langsung mati. 2) Selain itu juga dapat dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan. Campurkan Aero 810 untuk meningkatkan daya guna pestisida kimia dalam mengatasi serangan lalat buah.


NEMATODA

Nematoda tanaman cabai adalah Meloidogyne Incognita. Serangan nematoda ditandai adanya bintil-bintil pada akar. Nematoda merupakan cacing tanah berukuran sangat kecil, hama ini merupakan cacing parasit penyerang bagian akar tanaman cabe. Bekas gigitan cacing inilah akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti layu bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar. Pengendalian. 1) Apabila serangan belum terlalu banyak, gunakan GLIO yang dicampur pupuk kandang dan tebarkan di sekitar lubang tanam. Penggunaan GLIO ini sebaiknya dimulai sejak awal penanaman atau pembibitan. 2) Apabila serangannya sudah melebihi ambang batas bisa dilakukan dengan pengendalian secara kimia, yaitu dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram pada lubang tanam. Campurkan Aero 810 sebagai bahan pelarut untuk membantu bahan aktif pestisida tersebut lebih tahan lama berada di sekitar tanaman serta tidak mudah hilang tergerus air hujan. Aplikasi pengendalian sebaiknya dilakukan pada sore hari.